Cara Cerdas Mengenali Anak Hiperaktif

Jumat, 26 Februari 2010

* Oleh dr. Dito Anurogo

ANAK hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), pertama kalinya dideskripsikan oleh dokter Heinrich Hoffman pada tahun 1863. Angka kejadiannya cukup membuat cemas orang tua. Hasil riset yang dilakukan oleh Dwidjo Saputro (2009) di DKI Jakarta menyimpulkan bahwa di antara lima anak sekolah dasar didapatkan satu anak yang menderita ADHD.

Penyebab
Multifaktor, yaitu: faktor lingkungan dan psikososial, seperti: riwayat terkena toksin (zat beracun) seperti timah, terpapar rokok, konflik keluarga, hubungan keluarga yang retak atau tidak harmonis.

Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai, jumlah keluarga yang terlalu besar, orang tua terkena kasus kriminal, orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat), cara mengasuh-mendidik yang kasar, anak yang diasuh di penitipan anak, rasa kehilangan yang sangat, misal: karena orang tua bercerai atau meninggal dunia, di awal masa anak-anak juga menjadi penyebab.

Anak Hiperaktif Butuh Bantuan

Anak yang tak bisa berhenti bergerak sering dicap nakal. Padahal, mungkin saja ia bukan sembarang nakal tapi ada gangguan pemusatan perhatian.

Nakal adalah ciri dari anak yang menderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH). Dan, hubungan sosial si penderita dengan lingkungannya memang kerap jadi terganggu.

Masalahnya, jumlah penderita ADHD di Indonesia cenderung terus meningkat. Mengapa?

Bisa cuma aktif. Balita Anda kelihatan aktif? Sebenarnya, itu wajar-wajar saja. Karena, inilah usia di mana anak sedang giat-giatnya mengeksplorasi lingkungannya. Dalam rentang usia itu, balita berada dalam fase otonomi atau mencari rasa puas melalui aktivitas geraknya. Tapi, kalau ia terlalu aktif atau malah hiperaktif, tentu saja ini tidak wajar!

Lalu, kapan anak disebut hiperaktif? Para ahli sepakat menentukan sejumlah kriteria yang menjadi ciri khas. Dan, sebelum memastikannya, akan dilakukan diagnosa berdasarkan panduan sejumlah kriteria yang dibuat oleh Perhimpunan Psikiater Anak di Amerika Serikat, yakni Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM). Yang terbaru saat ini adalah DSM Seri 4

Melatih Konsentrasi Dengan Gambar Optical Illusion

Kalian semua sudah pernah denger blm tentang gambar Ilusi Mata (Optical Illusion)??? Klo menurut saya sih deskripsi Gambar Optical Illusion adalah sebuah objek gambar yang bila dilihat dari satu ato beberapa sisi tertentu akan berubah makna tentang gambar tersebut.
Nah,sekarang kalian akan saya ajak untuk mencoba bermain dan berlatih  konsentrasi tentang Gambar Optical Illusion ini.  Sekedar untuk membuktikan bahwa kekuatan pikiran itu sangat besar dan dapat merubah segalanya. Mgkin kalian sudah ada yang pernah tau tentang gambar Optical Illusion di bawah ini, ga masalah.saya disini cuma sharing aja siapa tau ada yang blm tahu menemui gambar dibawah ini…OK?

Gambar 1.
Apa yang kalian lihat dengan gambar di bawah ini?Yupz,betul banget kalo yang kalian lihat seorang wanita yang sedang berputar searah dengan jarum jam. Nah, percaya ga gambar di bawah ini bisa berubah putaran berlawanan dengan arah jarum jam jika dalam pikiran kita berusaha untuk mengatur arah berputarnya. Selamat mencoba…(jika gambar tidak berputar, silahkan klik disini)
spinning-silhouette-optical-illusion
Gambar 2
Cara bermain dengan gambar di bawah ini. Pusatkan konsentrasi kalian ke tanda (+) di tengah2 gambar. Jika konsentrasi kalian telah benar, akan muncul bulatan hijau yang berjalan berputar. Dan apabila konsentrasi kalian penuh, bulatan warna merah muda (pink) akan menghilang dan akan

ADD/ADHD Tips (Petunjuk) Untuk Guru

Perilaku.
Selalu membantu untuk menjadi se proaktif mungkin dalam menolong anak belajar mengelola perilaku mereka sendiri. Guru yang sudah mengembangkan dan memeriksa apa yang harus dilakukan siswa kalau masalah timbul, memberikan siswa kebebasan memilih dan sering mengurangi insiden keparahan perilaku. Akan ada waktu bagi beberapa siswa untuk meninggalkan ruang kelas dalam waktu tertentu untuk menemukan tempat aman untuk dapat tenang kembali dengan tidak dipaksa atau merasa tak enak atau malu. Jika strategi ini dipakai, penting mempunyai tempat yang sudah ditentukan agar anak bisa melapor / curhat, begitu juga dengan strategi2 / cara2 lain untuknya kembali ke ruang kelas.

ADHD suatu kenyataan.
Satu2nya masalah terbesar dalam kehidupan kebanyakan anak dengan ADHD adalah masalah kehidupan sekolah. Antusiasme mereka untuk belajar, nampak pada awal tahun sekolah, sering memudar pada bulan kedua atau ketiga sekolah. Di kelas, perhatian mereka mungkin hanyut diluar topik dan mereka tidak menyelesaikan tugas kerja mereka. Atau, mereka seperti bergegas menulis-nulis sesuatu agar tugas mereka selesai, dan pekerjaan mereka berantakan dan tak dapat dibaca. Anak yang berhasil melibatkan orang dewasa dan kawan sebaya menghabiskan bagian terbesar waktu mereka akan mendapat penguatan positif, dan cenderung bereaksi positif. Anak yang tidak mengerti isyarat sosial, yang tidak berhasil secara akademik, atau yang kelakuannya menjauhkan dia dari orang lain sering hanya mendapat hanya penguatan negatif saja setiap hari. Tidak mengherankan pada anak-anak ini akan meningkat resiko drop out dari sekolah, masalah2 perilaku, adiksi bahan kimia atau alkohol, abuse/pelecehan, bahkan depresi Pengertian yang terbaru tentang bagaimana dan mengapa anak berlaku seperti itu, pendekatan dukungan perilaku disekolah memberikan hasil positif. Dukungan seperti itu menolong anak2 dengan ADHD mempertahankan perilaku mereka selama disekolah. Insiden masalah2 perilaku akan menurun secara signifikan.

Agar Penderita ADHD Gampang Konsentrasi


Jakarta, Penderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) biasanya sangat sulit untuk berkonsentrasi serta sangat hiperaktif. Penyebabnya adalah karena pengaruh dari zat kimia dopamin yang memegang peranan penting dalam pengaturan mood atau perasaan seseorang.

Kekurangan zat kimia dopamine dalam otak ini yang bisa menjelaskan gejala klinis dari ADHD termasuk kurang bisa konsentrasi serta kurangnya motivasi dalam dirinya, serta bisa mengakibatkan obesitas.

"Hal ini menunjukkan bahwa ADHD bukan hanya ketidaknormalan dalam sistem perhatian atau konsentrasi di otak tapi juga ketidaknormalan dalam pusat motivasi dan emosi," ujar Prof. Katya Rubia, dari London's Institute of Psychiatry, seperti dikutip dari BBC, Senin (14/9/2009).

Ciri Ciri ADHD Positif

Sama seperti orang dewasa yang tidak memiliki ADHD, tidak semua orang dengan ADHD memiliki bakat dan kekuatan sama. Namun, ada sekelompok bakat positif yang sering terlihat pada orang dengan ADHD dan di bawah ini adalah lima dari mereka. Berikan diri Anda kredit untuk hal-hal yang Anda lakukan dengan baik. Hal ini pada gilirannya akan membanggakan keyakinan Anda dan harga diri.

Menemani
Kombinasi energi hidup Anda dan rasa humor membuat Anda orang yang hebat berada di sekitar. Teman-teman ingin menghabiskan waktu bersama Anda dan orang asing secara alami tertarik pada Anda.

Pengasih
Anda penuh kasih sayang kepada orang lain, penyebab dan hewan. Kepekaan Anda akan membantu Anda untuk berhubungan karena Anda memiliki lebih sedikit hambatan dari orang non-ADHD. Anda akan menjadi orang yang membantu seorang wanita dengan kereta bayi atau berbicara keras untuk memprotes sesuatu yang Anda yakini

Petunjuk Penanganan ADHD untuk Orangtua

Terapi yang umum diberikan dalam penanganan ADHD:

1. Terapi Perilaku
2. Farmakoterapi (Pemberian obat)
3. Terapi kombinasi (Terapi perilaku + pemberian obat)

Cara penanganan yang efektif

Untuk membantu keluarga membuat keputusan penting mengenai penanganan ADHD, National Institute for Mental Health (NIMH) melakukan penelitian yang paling mendalam yang pernah dilakukan untuk menilai penanganan ADHD. Penelitian ini dinamakan The Multimodal Treatment Study of Children with ADHD (MTA). Data dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pemberian obat stimulan (methylphenidate - obat stimulan yang umum digunakan untuk ADHD) efektif dalam mengatasi gejala ADHD, baik secara tersendiri atau dalam kombinasi dengan terapi perilaku. Juga ditemukan bahwa penanganan yang meliputi obat lebih efektif terhadap gejala-gejala ADHD (seperti hiperaktifitas) dibanding terapi perilaku saja6.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa untuk kebanyakan anak dengan ADHD, obat-obatan secara dramatis mengurangi hiperaktifitas, memperbaiki perhatian, dan meningkatkan kemampuan untuk bergaul dengan orang lain.
Meskipun obat secara tersendiri terbukti mengobati ADHD, penelitian MTA memperlihatkan bahwa menggabungkan terapi perilaku dengan obat berguna dalam membantu keluarga, pengajar, dan anak dalam mengubah perilaku yang menimbulkan masalah di rumah dan di sekolah.

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas / ADHD

Apa Itu ADHD dan Penyebabnya

ADHD / GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) adalah keadaan neurologik-perilaku dengan gejala-gejala yang meliputi kurangnya perhatian, perhatian mudah beralih, hiperaktivitas, kegelisahan yang berlebihan, dan tindakan-tindakan yang bersifat impulsif (bertindak sesuai dorongan hati tanpa memperhatikan situasi).
Diperkirakan antara 3 -7% dari anak usia-sekolah dan 4% dewasa menderita ADHD1.
Biasanya mulai dikenali saat anak berusia sekolah, meskipun dapat didiagnosa pada semua golongan umur. Penelitian memperkirakan bahwa dalam rata-rata kelas dengan 30 murid, 1 diantaranya menderita ADHD2.
Anak laki-laki dengan ADHD lebih banyak 3 banding 1 terhadap anak perempuan dengan kondisi yang sama. Beberapa dokter menganggap bahwa terdapat sama banyak anak perempuan dengan ADHD dibanding anak laki-laki, hanya mereka tidak terdiagnosa sesering anak laki-laki karena anak perempuan kurang mengganggu dan gejalanya masih terkendali sampai usia lebih tua. Sebagai contoh, anak perempuan menunjukkan gejala ADHD secara kurang menyusahkan, seperti kurangnya perhatian. 

Penyebab ADHD
Tidak ditemukan satupun penyebab biologis dari ADHD. Tetapi kebanyakan penelitian mengarah kepada gen yang diturunkan dari orang tua sebagai penyumbang utama terjadinya ADHD. Sebagai contoh, penelitian jelas membuktikan bahwa ADHD timbul dalam keluarga, 76% anak dengan ADHD memiliki anggota keluarga dengan kondisi tersebut3.
Terlahir prematur, ibu merokok selama hamil atau stress yang ekstrim selama kehamilan, terpapar alkohol selama dalam kandungan, dan perlukaan otak akibat trauma juga dapat menyumbang pada perkembangan ADHD. 

Bagaimana saya mengetahui bahwa anak saya menderita ADHD ?
Karena tidak ada scan pencitraan otak atau tes darah untuk mendiagnosa ADHD, penting bahwa seorang profesional kesehatan yang terlatih khusus untuk mendiagnosa dan mengobati ADHD menilai perilaku anak anda.
Berikut adalah skala dimana orangtua / guru dapat mengisinya untuk mendeteksi dini apakah anak atau murid anda memiliki gejala ADHD atau masih termasuk dalam tingkat perkembangan anak pada umumnya.
____________________________________________________________________________________________
“Sebelum saya terdiagnosa, banyak waktu saya terbuang untuk menyesuaikan diri dengan gejala-gejala ADHD” - penderita ADHD dewasa.
____________________________________________________________________________________________

Sejumlah orang tua cemas karena lebih banyak anak-anak didiagnosa dengan ADHD dibandingkan masa lalu. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan terutama disebabkan oleh meningkatnya kesadaran dan perbaikan diagnosa dari kondisi ini – termasuk diagnosa anak-anak yang mempunyai bentuk ADHD lebih ringan. Karena sekarang lebih banyak masyarakat mengetahui tentang ADHD dan gejala-gejalanya, anak-anak lebih muda, remaja, anak perempuan, dan dewasa dengan kondisi ini lebih mudah dikenali dan diobati.

Meskipun diagnosa ADHD meningkat dan ada kekhawatiran bahwa sejumlah anak secara salah diidentifikasi sebagai menderita ADHD, underdiagnosis masih merupakan masalah.
Masih banyak anak dengan ADHD (hampir separuhnya) yang tidak terdiagnosa dan tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya4.

Kelainan yang Dapat Menyertai ADHD
Penelitian membuktikan bahwa 2/3 anak yang didiagnosa ADHD mempunyai paling sedikit satu tambahan kelainan gangguan mental atau belajar.

Untuk memastikan diagnosa yang tepat, dokter yang merawat anak anda akan memeriksa kondisi lain yang memperlihatkan gejala yang mirip dengan ADHD. Dokter dapat menemukan bahwa anak anda menderita ADHD, kondisi lain, atau ADHD dengan kondisi lain. Keadaan dimana terdapat lebih dari satu kelainan disebut kondisi penyerta.

Kondisi penyerta dapat menyebabkan diagnosa dan pengobatan ADHD menjadi lebih sulit. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak rintangan bagi anak untuk mengatasinya, karena itu penting untuk mengenali dan mengobati kondisi lain tersebut.

 Kelainan yang Sering Menyertai ADHD:
- Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
- Gangguan kelakuan (Conduct disorder
- Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
- Gangguan cemas (Anxiety disorder
- Gangguan depresi (Depressive disorder)
- Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
- Penyakit Tourette (Tourette's Disorder)

Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD) – Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di masyarakat.

Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.

Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.

Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.

Hanya klinisi yang berkualifikasi kesehatan jiwa yang dapat menentukan apakah kelakuan anak anda disebabkan oleh ADHD, kondisi lain, atau kombinasi keduanya5.
____________________________________________________________________________________________
Bila obat-obat ADHD gagal memperbaiki gejala-gejala pada anak, hal tersebut mungkin merupakan tanda adanya kondisi penyerta.
____________________________________________________________________________________________
Dampak ADHD    
ADHD dapat mengganggu kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah serta kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan hubungan sosial (dengan lingkungan).  ADHD dapat meningkatkan risiko anak dikeluarkan dari sekolah atau menghadapi problem disiplin. ADHD juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko untuk bermasalah dengan mengemudi secara membahayakan, merokok dan penyalah-gunaan zat.
Dampak ADHD bila tidak diobati
- Meningkatnya risiko untuk gagal dan putus sekolah
- Problem dengan tingkah laku dan disiplin
- Kesulitan sosial dan perselisihan keluarga
- Luka akibat kecelakaan
Penyalahgunaan alkohol dan obat
- Depresi dan gangguan mental lainnya
- Problem dalam pekerjaan
- Kecelakaan saat mengemudi
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Kenakalan remaja, kriminalitas, dan penahanan (oleh yang berwajib)

Profesional yang dapat mendiagnosa dan menangani ADHD
Gejala ADHD harus dinilai oleh seorang profesional kesehatan yang memiliki kualifikasi untuk menilai anak dengan ADHD. Profesional yang mengobati anak dengan ADHD harus terlatih untuk mendiagnosa dan mengobati ADHD. Mereka juga harus memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai perkembangan anak normal. Penanganan dapat meliputi terapi dengan obat, terapi perilaku/tingkah laku atau kombinasi keduanya.





Sumber : ADHD

Anak ADHD Bersekolah

Bukan hanya teman-teman di kelasnya,

ibu-ibu yang sedang mengantar anaknya pun cenderung menghindar bila Andro berada di dekatnya.

Belum genap tiga bulan, Andro telah “ngetop” di lingkungan sekolahnya.

Tak bisa duduk manis di kelas, sulit diatur, tak mau menunggu giliran, mengganggu teman-temannya, lebih senang mengobrol dari pada mendengarkan pelajaran.

Yang bikin repot lagi, alat-alat sekolah miliknya tak pernah dipedulikan, berceceran di mana-mana.

SEKILAS, Andro bisa dikatakan sebagai anak hiperaktif atau mengalami attention deficit hyperactivity disorder, atau sering disebut sebagaI ADHD. Yaitu, ketidakmampuan memusatkan perhatian pada kejadian utama yang terjadi di lingkungannya. Anak-anak semacam Andro mudah sekali terganggu oleh rangsangan – bahkan yang sangat sederhana seperti pintu terbuka, kertas yang terjatuh dan lain sebagainya – yang ada di sekitarnya. Selain itu, sering melakukan gerakan yang berlebihan, tidak terarah sehingga sulit mengorganisasikan dirinya. Mereka cenderung impulsif, tidak pernah memikirkan akibat dari ulahnya. Mereka terlihat kurang matang dalam mengenali aturan-aturan sosial yang berlaku.

Junk Food dan ADHD

Ada banyak teori yang berusaha menjelaskan ADHD pada anak-anak Amerika. Beberapa teori yang terkait dengan penyebab biologis sementara yang lain mencoba untuk bersama-menyebabkan lingkungan berhubungan dengan ADHD.

Namun, para ahli telah berhasil menunjukkan hubungan antara junk food dan ADHD pada anak-anak Amerika.

Junk food mengandung banyak tambahan dan diyakini bahwa aditif ini memainkan peran besar dalam menyebabkan ADHD dan memperburuk gejala ADHD pada anak-anak Amerika. Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan tambahan kimia memiliki efek buruk pada anak-anak dan hanya dengan membuang sampah makanan dari anak-anak ADHD diet dapat secara signifikan meningkatkan perilaku mereka.

ADHD Pada Anak

Tanda-tanda adanya gangguan ADHD sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak anak masa pra sekolah. Kurangnya atensi, hiperaktif dan kompulsif merupakan tanda-tanda yang langsung dapat ditangkap adanya gangguan pada anak, misalnya saja anak tidak suka atau kehilangan minat untuk bermain, berlari kesana-kemari dan tidak dapat mengontrol keinginannya untuk menyentuh benda-benda disekitarnya. Bila orangtua menangkap gejala tersebut seharusnya segeralah membawa anaknya ke dokter anak atau psikolog. Penangan secara dini akan memberikan kontribusi perilaku yang lebih baik ketika anak memasuki tahap perkembangan selanjutnya.

Gangguan hiperaktif-kompulsif mungkin secara langsung bisa terlihat pada perilaku anak, namun tidak pada tipe gangguan atensi, anak terlihat dapat bekerjasama dengan orang sekitarnya, sehingga tipe ini kadang terabaikan secara kasat mata.

Penerapan Terapi "Back In Control" Pada Anak ADHD

DEFINISI, PENYEBAB, DAN KARAKTERISTIK PERILAKU ANAK ADHD
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang lebih dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti: seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak; atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang (Barkley, 1998).
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas.
Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:

Autisme


DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PERILAKU AUTISME
 Kriteria Autisme berdasarkan DSM-IV:
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal dua gejala dari (1) dan masing-masing satu gejala dari (2) dan (3).
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala di bawah:
a. tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang terarah,
b. tak bisa bermain dengan teman sebaya,
c. tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,
d. kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal balik.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut:
a. bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang,
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari gejala berikut ini:

Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang Autisme (1)

PENDAHULUAN
Membicarakan anak tidak dapat meninggalkan pembicaraan tentang bermain. Bermain adalah dunia anak. Dimanapun anak-anak berada dan di waktu apapun, bermain adalah aktivitas utama mereka. Bermain juga suatu bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Tak diragukan bahwa anak-anak bermain sepanjang waktu yang mereka miliki.
Dilihat dari sudut pandang psikologi, mulai akhir tahun 1800-an bermain dipandang sebagai aktivitas yang penting untuk anak. Sebelumnya, bermain hanya dipandang sebagai ekspresi dari kelebihan energi yang dimiliki anak-anak atau sebagai bagian dari ritual budaya dan agama. Seiring perkembangan waktu, pandangan para ahli tentang bermain berubah dan bermain dipandang sebagai perilaku yang bermakna. Misalnya, menurut Groos (Schaefer, et al., 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup. Sedang Hall (dalam Schaefer, et al., 1991) melihat bermain sebagai rekapitulasi perkembangan suatu ras dan merupakan media yang penting untuk menyatakan kehidupan dalam diri (inner life) anak. Bahkan menurut Hall tidak ada alat yang dapat mengungkap jiwa anak sebaik permainan boneka.

DEFINISI TERAPI BERMAIN
Sebelum kita sampai pada penjelasan tentang terapi bermain, maka kita perlu memahami dulu tentang definisi bermain. Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Bermain adalah rangkaian perilaku yang sangat kompleks dan multi-dimensional, yang berubah secara signifikan seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, yang lebih mudah untuk diamati daripada untuk didefinisikan dengan kata-kata. Kesulitan dalam mendefinisikan permainan yang dapat diterima banyak pihak adalah karena tidak adanya satu set permainan yang dapat mencakup banyak tipe permainan.

Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang Autisme (2)

PENDEKATAN TEORITIS PENERAPAN TERAPI BERMAIN PADA PENYANDANG AUTISME
Sebagian besar teknik terapi bermain yang dilaporkan dalam literatur menggunakan basis pendekatan psikodinamika atau sudut pandang analitis. Hal ini sangat menarik karena pendekatan ini secara tradisional dianggap membutuhkan komunikasi verbal yang tinggi, sementara populasi autistik tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Namun terdapat juga beberapa hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan terapi bermain pada penyandang autisme dengan berdasar pada pendekatan perilakuan (Landreth, 2001). Salah satu contoh penerapan terapi bermain yang menggunakan pendekatan perilakuan adalah The ETHOS Play Session dari Bryna Siegel (Schaefer, Gitlin, & Sandgrund, 1991).
Terdapat beberapa contoh penerapan terapi bermain bagi anak-anak autistik, diantaranya adalah (Landreth, 2001):
1. Terapi yang dilakukan Bromfield terhadap seorang penyandang autisme yang dapat berfungsi secara baik. Fokus terapinya untuk dapat masuk ke dunia anak agar dapat memahami pembicaraan dan perilaku anak yang membingungkan dan kadang tidak diketahui maknanya. Bromfield mencoba menirukan perilaku obsessif anak untuk mencium/membaui semua objek yang ditemui menggunakan suatu boneka yang juga mencium-cium benda. Apa yang dilakukan Bromfield dan yang dikatakannya ternyata dapat menarik perhatian anak tersebut. Bromfield berhasil menjalin komunikasi lanjutan dengan anak tersebut menggunakan alat-alat bermain lain seperti boneka, catatan-catatan kecil, dan telepon mainan. Setelah proses terapi yang berjalan 3 tahun, si anak dapat berkomunikasi secara lebih sering dan langsung.
2. Lower & Lanyado juga menerapkan terapi bermain yang menggunakan pemaknaan sebagai teknik utama. Mereka berusaha masuk ke dunia anak dengan memaknai bahasa tubuh dan tanda-tanda dari anak, seperti gerakan menunjuk. Tidak ada penjelasan detil tentang teknik mereka namun dikatakan bahwa mereka kurang berhasil dengan teknik ini.

Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang ADHD (1)

PENDAHULUAN
Membicarakan anak tidak dapat meninggalkan pembicaraan tentang bermain. Bermain adalah dunia anak. Dimanapun anak-anak berada dan di waktu apapun, bermain adalah aktivitas utama mereka. Bermain juga suatu bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Tak diragukan bahwa anak-anak bermain sepanjang waktu yang mereka miliki.
Dilihat dari sudut pandang psikologi, mulai akhir tahun 1800-an bermain dipandang sebagai aktivitas yang penting untuk anak. Sebelumnya, bermain hanya dipandang sebagai ekspresi dari kelebihan energi yang dimiliki anak-anak atau sebagai bagian dari ritual budaya dan agama. Seiring perkembangan waktu, pandangan para ahli tentang bermain berubah dan bermain dipandang sebagai perilaku yang bermakna. Misalnya, menurut Groos (Schaefer, et al., 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup. Sedang Hall (dalam Schaefer, et al., 1991) melihat bermain sebagai rekapitulasi perkembangan suatu ras dan merupakan media yang penting untuk menyatakan kehidupan dalam diri (inner life) anak. Bahkan menurut Hall tidak ada alat yang dapat mengungkap jiwa anak sebaik permainan boneka.

DEFINISI TERAPI BERMAIN
Sebelum kita sampai pada penjelasan tentang terapi bermain, maka kita perlu memahami dulu tentang definisi bermain. Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia. Bermain adalah rangkaian perilaku yang sangat kompleks dan multi-dimensional, yang berubah secara signifikan seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, yang lebih mudah untuk diamati daripada untuk didefinisikan dengan kata-kata. Kesulitan dalam mendefinisikan permainan yang dapat diterima banyak pihak adalah karena tidak adanya satu set permainan yang dapat mencakup banyak tipe permainan.
Erikson (dalam Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan. Moustakas (dalam Landreth, 2001) mendefinisikan permainan sebagai ‘pembiaran pergi’, kebebasan untuk mengalami, membenamkan seseorang secara total dalam momen tersebut sehingga tidak ada lagi beda antara diri dan objek dan diri sendiri dan orang lain. Energi, hidup, spirit, kejutan, peleburan, kesadaran, pembaharuan, semuanya adalah kualitas dalam permainan.

Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang ADHD (2)

PENGGUNAAN TERAPI BERMAIN SEBAGAI TEKNIK PSIKOTERAPI

1. Nilai Terapiutik dari Permainan
Bermain pada anak-anak ibarat berbicara pada orang dewasa. Jika diberikan kesempatan, maka anak akan mengeluarkan perasaan dan kebutuhan dengan ekpresi atau tindakan atau proses – takut, puas, marah, bahagia, frustasi – menyerupai orang dewasa. Mungkin anak tidak dapat mengatakan apa yang dia rasakan atau bagaimana mereka terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Tapi dengan adanya orang dewasa yang peduli, sensitif, dan empati, mereka akan memperlihatkan perasaan atau peristiwa yang mempengaruhi dirinya melalui permainan (Landreth,2001). Saat anak mengeluarkan perasaannya melalui permainan, maka mereka membawa perasaan tersebut ke dalam tingkat kesadaran, sehingga akhirnya mereka akan terbuka, menerima, dan belajar mengendalikan atau menolaknya (Axline dalam Landreth, 2001). Hartup & Smothergill (dalam Landreth, 2001) menyatakan bahwa dalam bermain, anak dapat mengurangi tegangan, mengendalikan kecemasan, merespon secara wajar, atau memanifestasikannya dalam penerimaan. Saat anak mengulang kembali pengalamannya dalam bermain imajinatif, mereka dapat mengatasi masalah atau mengatasi ketakutannya, dan menyembuhkan luka hatinya (Weissbourd dalam Landreth, 2001).
Permainan untuk memfasilitasi ekspresi diri dapat berupa bentuk-bentuk berikut:
 Mainan kehidupan nyata. Boneka yang terdiri atas keluarga (ibu, bapak, anak), boneka rumah-rumahan, binatang peliharaan, atau tokoh kartun dapat menjadi media untuk mengekpresikan perasaan secara langsung. Terapis juga dapat menggunakan mainan keseharian seperti mobil-mobilan, alat masak memasak tiruan, kartu bergambar , atau kapal-kapalan untuk melihat pengalaman hidup klien.
 Mainan pelepas agresivitas-bermain peran. Klien dapat mengkomunikasikan emosi yang terpendam melalui mainan atau materi seperti karung tinju, boneka tentara, boneka dinosaurus dan hewan-hewan buas, pistol dan pisau mainan, boneka orang, dan balok kayu.
 Mainan pelepas emosi dan ekspresi kreativitas. Pasir, air, balok, atau lilin dapat menjadi sarana klien mengekspresikan emosi atau kreativitasnya.
2. Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan
Terapi bermain dapat dipakai baik sebagai asesmen maupun sebagai terapi. Sebagai sebuah terapi, terapi bermain dapat diberikan antara lain kepada anak yang:
 Mempunyai pengalaman diperlakukan dengan kejam & diabaikan
Perlakuan yang kejam (seperti perkosaan, serangan fisik, pukulan) dan pengabaian menyebabkan konflik diri dan masalah hubungan yang serius, dan terapi bermain memungkinkan klien mengembangkan mekanisme penyelesaian masalah dan adaptasi (Klem dan Peres dalam Landreth, 2001). Hal ini dikemukakan juga dalam tulisan Sukmaningrum (2001) yang menunjukkan efektivitas terapi bermain sebagai alternatif penanganan anak-anak yang mengalami trauma karena kekerasan massal.

Penerapan Terapi Bermain Bagi Penyandang ADHD (3)



PENYEBAB ADHD
Sampai saat ini belum jelas faktor apa yang dapat menyebabkan munculnya ADHD, meskipun banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang neurologi dan ilmu genetika sepertinya menunjukkan sedikit titik terang. Banyak peneliti mencurigai faktor genetik dan biologis sebagai penyebab ADHD, meskipun lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang juga membantu menentukan perilaku anak yang spesifik.
Studi terhadap gambar otak menunjukkan bagian mana dari otak anak-anak ADHD yang tidak berfungsi dan penyebab tidak berfungsinya bagian itu belum diketahui, namun diduga berkaitan dengan mutasi beberapa gen. Selain faktor genetik tersebut, terdapat beberapa faktor yang sering dikatakan memiliki kontribusi dalam munculnya ADHD, diantaranya: kelahiran prematur, konsumsi alkohol dan tembakau (rokok) saat ibu hamil, terpapar timah dalam kadar tinggi, dan kerusakan otak sebelum lahir. Beberapa pihak lagi mengklaim bahwa zat aditif pada makanan, gula, ragi, dan pola asuh yang kering dapat memunculkan ADHD, namun pendapat ini kurang didukung fakta dan data yang akurat (Barkley, 1998; NIMH, 1999).

BAGAIMANA MENDETEKSI ANAK MENGALAMI ADHD?
Terkadang kita melihat ada anak-anak yang terlihat sangat aktif dan tidak memperhatikan jika belajar di kelas. Namun, hal tersebut dapat saja merupakan sesuatu yang normal jika kita tilik dari usia mereka. Kita dapat mengarahkan pada diagnosa ADHD jika perilaku yang muncul tersebut sangat tidak sesuai dengan usia perkembangan mereka.

Hakikat Anak Dengan Problema Belajar

OLEH : jamri dafrizal,S.Ag.S.S,M.Hum
LATAR BELAKANG
Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Karena perbedaan itu, maka sebenarnya setiap anak memerlukan perlakuan tersendiri sesuai potensi individualnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Memang ada beberapa perlakuan yang sifatnya umum dan dapat diberlakaukan untuk banyak anak, tetapi seharusnya tidak boleh mengorbankan kebutuhan individual terse but.
Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan massal. Di tingkat SD misalnya, setiap kelas rata-rata diisi oleh sekitar 40 anak dengan seorang guru, Kurikulum yang dipakai untuk 40 anak sama, materinya sarna, metode mengajarnya sama, gurunya sama, waktu belajarnya sama, dan cara evalauasinya juga sama. Pola pendidikan semacam ini telah berjalan berpuluh-puluh tahun dan entah sampai kapan akan berubah. di setiap akhir catur wulan atau semester, atau akhir tahun mereka akan menerima raport. Ada yang masuk rang king sepuluh besar, ada yang tidak masuk, ada yang naik kelas ada yang tidak naik kelas, dan seterusnya.
Pertanyaan kemudian muncul, mengapa anak tertentu prestasi belajarnya tinggi dan anak yang lain prestasi belajarnya rendah? Jawaban yang umum kita dengar adalah, yang satu anak pintar dan yang lainnya adalah anak bodoh. Benarkah demikian?
Dalam dunia pendidikan kit a tidak pernah mengenal faktor tunggal sebagai penyebab apakah anak sukses atau gagal dalam belajar. Kita mengenal faktor internal dan faktor eksternal. Antara kedua factor
tersebut, sebelum kita temukan diagnosisnya, memiliki peluang yang sama untuk menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan anak dalam belajar di sekolah.
Banyak studi di bidang psikologi pendidikan yang menemukan bahwa tidak sedikit (studi di Indonesia menemukan sekitar 39%) anak-anak yang secara potensial sebenarnya termasuk kategori anak unggul tetapi prestasi belajar di sekolah hanya biasa-biasa saja bahkan di bawah rata-rata prestasi anak yang lain. Mereka ini sering disebut sebagai anak 'under achiever'. Sebaliknya banyak anak­anak yang secara potensial sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi prestasi belajar yang dicapai jauh di atas potensi dasarnya. Mereka sering disebut sebagai anak 'over achiever'.
Bertitik tolak pada pemikiran di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di sekolah banyak terdapat anak-anak dengan problema belajar. Bisa disebabkan oleh karena faktor intelektif maupun non intelektif, internal maupun eksternal.

TUJUAN PEMBAHASAN
Pembahasan bab ini dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan . secara agak luas tentang hakekat anak dengan problema belajar. Dengan mempelajari bab ini para pembaca diharapkan memiliki pengetahuan, pemahaman dan sikap yang positif terhadap anak. dengan problema belajar serta dapat mencoba memberikan perlakukan yang sesuai dengan kebutuhan khususnya.


A.CAKUPAN PENGERTIAN
Cakupan pengertian tentang anak dengan problema belajar dapat dijelaskan sebagai berikut. Di sekolah-sekolah umum kita menjumpai anak yang beraneka ragam. Ada anak yang cepat tanggap dalam belajar, ada anak yang lamban dalam belajar di hampir semua mata pelajaran, ada anak yang mengalami kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada anak yang dasar potensinya sebenarnya bagus tetapi prestasi belajarnya selalu rendah, dan tentu saja ada yang perkembangan belajarnya biasa-biasa saja. Menghadapi kondisi seperti itu, pada umumnya guru dalam proses belajar mengajar, cenderung hanya mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan anak rata-rata, sedangkan anak dengan kebutuhan belajar cepat ataupun lamban cenderung terabaikan. Berdasarkan hasil berbagai studi, diyakini bahwa mereka inilah yang akhirnya merupakan kelompok potensial mengulang kelas atau putus sekolah. Jadi anak yang mengulang kelas atau putus sekolah belum tentu disebabkan karena dasar potensinya yang rendah, tetapi bisa juga karena faktor lain. Faktor lain itu bisa timbul dari dalam diri anak, seperti kondisi fisik dan kesehatan, motivasi berlajar, dan dari luar seperti kondisi sekolah, lingkungan rumah, serta masyarakat.
Dalam konteks pendidikan luar biasa, kita mengenal istilah anak berkelainan. Anak berkelainan juga merupakan salah satu kondisi yang sangat potensial menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam belajar yang dapat berdampak mengulang kelas dan putus sekolah. Anak berkelainan (exceptional children) adalah anak yang dalam hal-hal tertentu berbeda dengan anak lain pada umumnya. Perbedaan dapat terjadi pad a kondisi fisik, kesehatan, kemampuan intelektual, emosional, sosial, persepsi, motorik danlatau neurologis, dan lain-lain. Kelainan dapat berupa kondisi di bawah rata-rata dan dapat pula di atas rata-rata. Apabila kelainan ini mengakibatkan gangguan dalam fungsi sehari-hari, terutama dalam belajar, sehingga anak memerlukan layanan khusus, penyandangnya disebut anak dengan problema belajar. Pengertian ini mencakup "Anak dengan Kebutuhan Pendidikan Khusus" (children with special educational needs).

Determinan Persepsi

Kamis, 25 Februari 2010

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.

Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.

Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.

Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.

Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.

Contoh gambar yang menjelaskan faktor-faktor di atas adalah berikut ini.

Sekilas Tragedi 9/11 WTC

Selasa, 23 Februari 2010

11 September 2001, adalah hari dimana terjadinya suatu peristiwa yang tragis dalam sejarah Amerika, dengan hilangnya banyak nyawa di (gedung) World Trade Center, Pentangon, dan di landasan Pennsylvania dimana penerbangan United Air Lines 93 jatuh. Dan itu juga hari dari keberanian yang luar biasa dan pengorbanan dari orang yang tidak ragu untuk membantu sesama. Banyak juga orang yang kehilangan nyawa saat membantu yang lain termasuk 403 pemadam kebaran dan petugas polisian yang meninggal karena mencoba menyelamatkan orang-orang dari (gedung) World Trade Center.

Banyak pahlawan dari kejadian 11 September adalah warga negara biasa yang ditemukan dirinya dalam keadaan yang mengenaskan. Bayangkan bila Anda bekerja di menara World Trade Center saat mereka terhantam oleh pesawat dan bagaimana kuatnya keinginan untuk melarikan diri dan mencari keamanan diri. Ini persis dengan desakan istri William Wik kepada suaminya untuk melakukannya ketika suaminya memanggil istrinya dari lantai 92 dari South Tower persis setelah serangan. “Tidak, saya tidak bias melakukannya, masih banyak orang-orang disini”, dia menjawab (Lee, 2001, p.28). jasad Wik ditemukan di puing-puing South Tower setelah runtuh, dia memakai sarung tangan kerja dam memegang senter.

Abe Zelmanowutz bekerja di lantai 27 dari North Tower dan yang mestinya bisa keluar dengan mudah melalui tangga untuk keamanannya ketika pesawat menghantam lantai diatas. Malahan dia tetap disitu berada dibelakang temannya Ed Beyea, seorang Tunadaksa(gangguan gerak), menunggu bantam untuk membawanya ke tangga. Kedua nya meninggal saat menara runtuh.

Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

A. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

Teori Kreativitas Personal/Pribadi dari Sisi Humanistik

Sabtu, 20 Februari 2010

Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third force (the first force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
A. Prinsip utama

  • Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
  • Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
  • Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia
  • Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
  • Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.

B. Tokoh
1. Carl Rogers (1902 – 1988)

  • Lahir di Illinois dan sejak kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.

Teori Kreativitas dari Sisi Psikoanalisis

Konsep Umum Psikoanalisis

Psikoanalisis sendiri pada awalnya adalah sebuah metode psikoterapi untuk menyembuhkan penyakit-penyakit mental dan syaraf, dengan menggunakan teknik tafsir mimpi dan asosiasi bebas. Teori ini kemudian meluas menjadi sebuah teori tentang kepribadian. Konsep-konsep yang terdapat dalam teori kepribadian versi psikoanalisis ini termasuk yang paling banyak dipakai di berbagai bidang, hingga saat ini.
Konsep Freud yang paling mendasar adalah teorinya tentang ketidaksadaran. Pada awalnya, Freud membagi taraf kesadaran manusia menjadi tiga lapis, yakni lapisan unconscious (taksadar), lapisan preconscious (prasadar), dan lapisan conscious (sadar). Di antara tiga lapisan itu, taksadar adalah bagian terbesar yang memengaruhi perilaku manusia. Freud menganalogikannya dengan fenomena gunung es di lautan, di mana bagian paling atas yang tampak di permukaan laut mewakili lapisan sadar. Prasadar adalah bagian yang turun-naik di bawah dan di atas permukaan. Sedangkan bagian terbesar justru yang berada di bawah laut, mewakili taksadar.
Dalam buku-bukunya yang lebih mutakhir, Freud meninggalkan pembagian lapisan kesadaran di atas, dan menggantinya dengan konsep yang lebih teknis. Tetapi basis konsepnya tetap mengenai ketidaksadaran, yaitu bahwa tingkah laku manusia lebih banyak digerakkan oleh aspek-aspek tak sadar dalam dirinya. Pembagian itu dikenal dengan sebutan struktur kepribadian manusia, dan tetap terdiri atas tiga unsur, yaitu id, ego, dan superego.
Id adalah bagian yang sepenuhnya berada dalam ketidaksadaran manusia. Id berisi cadangan energi, insting, dan libido, dan menjadi penggerak utama tingkah laku manusia. Id menampilkan dorongan-dorongan primitif dan hewani pada manusia, dan bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Ketika kecil, pada manusia yang ada baru id-nya. Oleh karena itu kita melihat bahwa anak kecil selalu ngotot jika menginginkan sesuatu, tidak punya rasa malu, dan selalu mementingkan dirinya sendiri.
Ego berkembang dari id, ketika manusia mulai meninggalkan kekanak-kanakannya, sebagai bentuk respon terhadap realitas. Ego bersifat sadar dan rasional. keinginan-keinginan id tidak selalu dapat dipenuhi, dan ketika itulah ego memainkan peranan. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Misalnya, ketika id dalam diri kita ingin makan enak di restoran mahal, tetapi keuangan kita tidak mampu, maka ego tidak bisa memenuhi keinginan itu.
Superego muncul akibat persentuhan dengan manusia lain (aspek sosial). Dalam keluarga, superego ditanamkan oleh orang tua dalam bentuk ajaran moral mengenai baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, dsb. Superego muncul sebagai kontrol terhadap id, terutama jika keinginan id itu tidak sesuai dengan moralitas masyarakat. Superego selalu menginginkan kesempurnaan karena ia bekerja dengan prinsip idealitas.


Penerapan Psikoanalisis dalam Kreativitas

Penerapan psikoanalisis dalam bidang seni, juga sastra, sudah dimulai oleh Freud sendiri. Karya-karya Sigmund Freud yang menyinggung bidang seni antara lain:[4]
1. L’interpretation des Reves (Interpretasi Mimpi), terbit pertama kali tahun 1899. Ini adalah sebuah buku klasik yang menguraikan tafsir mimpi. Buku ini merupakan landasan teoretis paling mendasar mengenai hubungan antara psikoanalisis dan sastra. Tulisan Freud yang sering dipakai sebagai landasan teoretis adalah Trois Essais sur la Theorie de la Sexualite (Tiga Esai tentang Teori Seksualitas), terbit tahun 1962.
2. Delire et Reves dana la “Gradiva” de Jensen (Delir dan Mimpi dalam “La Gradiva” Karya Jensen. Terbit tahun 1906. Ini adalah karya paling jelas mengenai penerapan teori-teori psikoanalisis dalam karya sastra. Di sini Freud melakukan penelitian pada sebuah cerpen berjudul La Gradiva karya Jensen dan menemukan bahwa kepribadian tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian dalam cerpen itu sangat sesuai dengan teori-teorinya sendiri mengenai kepribadian manusia.
3. La Creation Litteraire et le reve Eveille (Penciptaan Sastra dan Mimpi dengan Mata Terbuka), sebuah esai yang terbit pada tahun 1908. Di sini Freud menemukan kemiripan antara proses penciptaan karya sastra pada sastrawan dengan kesenangan yang diperoleh anak-anak dalam permainan. Menurut Freud, “Penyair bertindak seperti anak-anak yang bermain, dan menciptakan dunia imajiner yang diperlakukannya dengan sangat serius, dalam arti bahwa penyair melengkapinya dengan sejumlah besar pengaruh, seraya tetap membedakannya dengan tegas dari realitas.” (footnote)
4. Un Souvenir d’enfance de Leonardo de Vinci (Kenangan Masa Kanak-kanak Leonardo da Vinci), terbit pada 1910. Di sini Freud menganalisis kepribadian Leonardo da Vinci dari biografi dan karya-karya seninya, termasuk menguraikan rahasia senyuman Monna Lisa. Dalam buku ini pula Freud memerkenalkan sebuah konsep penting yang berpengaruh dalam teori kebudayaan, yaitu konsep sublimasi.
5. Das Unheimliche (Keanehan yang Mencemaskan), terbit tahun 1919. Di sini Freud mengangkat sebuah efek atau kesan yang kerap dirasakan pembaca ketika menikmati karya sastra tertentu yang bersifat tragik atau horor, yaitu perasaan cemas, takut, atau ngeri. Meskipun perasaan yang mencemaskan itu muncul, anehnya pembaca tetap menyenangi dan menikmati karya sastra demikian.
Namun penerapan dan perkembangan teori psikoanalisis dalam bidang sastra secara lebih mendalam dilakukan oleh para ahli sastra, misalnya Charles Mauron dan Max Milner. Charles Mauron, kritikus sastra asal Prancis, mengembangkan suatu metode kritik sastra yang disebutnya psikokritik. Max Milner, seorang sarjana Jerman, telah menyusun buku yang mengelaborasi teori-teori Freud yang berkaitan dengan sastra, berjudul Freud et L’interpretation de la litterature (Freud dan Interpretasi Sastra). 
Kesejajaran Pola dalam Mimpi dan Karya Kreatif

Mengapa psikoanalisis bisa digunakan untuk menganalisis karya seni, khususnya sastra? Psikonalisis lahir dari penelitian tentang mimpi. Ketika menganalisis mimpi-mimpi pasiennya, Freud menemukan bahwa mimpi bekerja melalui mekanisme atau cara kerja tertentu, dan ternyata mekanisme mimpi itu mirip dengan pola yang terdapat dalam karya sastra.
Mekanisme-mekanisme mimpi berikut analoginya dengan seni adalah:[5]
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan atau penumpukan beberapa pikiran tersembunyi ke dalam satu imaji tunggal, atau peleburan beberapa tokoh atau hal-hal yang bersifat umum ke dalam satu gambar atau kata.
Analoginya dengan sastra, misalnya dalam penciptaan tokoh dalam novel. Ketika seorang pengarang menciptakan tokoh, ia mengkondensasi (menggabungkan) raut muka dan sosok dari beberapa orang yang dikenalnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi seorang tokoh yang khayali atau fiksi. Begitu juga ketika pengarang itu menciptakan latar tempat, ia menggabungkan beberapa tempat yang ditemuinya dalam realitas ke dalam novel, sehingga menjadi suatu tempat tersendiri yang bersifat fiktif, dan akan sia-sia jika kita mencarinya dalam kenyataan.
2. Pemindahan (displacement)
Pemindahan adalah mimpi yang menonjolkan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan isi mimpi yang harus diwujudkan. Mimpi tersebut merupakan rincian yang tidak berarti dan kadang-kadang bahkan merupakan kebalikan pikiran yang tersembunyi, seakan-akan ingin menghindari mimpi itu bisa ditafsirkan. Pemindahan juga berarti menampilkan gambaran mimpi yang kurang berarti dan menyimpang dari isi mimpi yang pokok. Freud mencontohkan: ia bermimpi tentang seorang wanita yang berusaha mendekatinya, dan wanita itu berseru betapa indah kedua matanya. Konon, wanita itu adalah putri seseorang yang memberi utang pada Freud. Setelah menganalisis mimpinya, Freud sadar bahwa komentar atas kedua matanya mengungkapkan situasi yang terbalik, sebab ayah wanita tersebut bukan orang yang menolong “untuk mata anda yang indah” (ungkapan Jerman untuk mengatakan “menolong tanpa pamrih”). Artinya, Freud merasa dikejar-kejar utang pada ayah wanita tersebut.
Dalam puisi dan retorika ada yang disebut metonimi, yaitu proses penggantian suatu ujaran dengan penanda lain dalam satu arti berdampingan. Misalnya, menyebutkan sebagian sebagai ganti keseluruhan (layar untuk menyebut kapal), atau menyebutkan bahan sebagai ganti benda (sutera untuk menyebut pakaian wanita).
3. Simbolisasi
Simbolisasi adalah mimpi yang muncul dalam bentuk simbol tertentu dalam hubungan analogis. Menurut Freud, setiap objek yang panjang (tongkat, batang pohon, payung, senjata, pisau) mewakili alat kelamin laki-laki. Sedangkan setiap objek yang berbentuk lubang dan lebar (kotak, peti, lemari, penggorengan, gua, perahu) mewakili alat kelamin perempuan.
Simbolisasi dapat disamakan dengan metafora dalam puisi, yaitu mengganti sebuah ujaran dengan penanda lain yang memunyai kemiripan analogi. Misalnya menyebut bunga untuk melambangkan cinta, putih sebagai lambang kesucian, atau penggunaan gaya bahasa lain. Bahasa puisi itu sendiri adalah bahasa yang penuh dengan metafora.
4. Figurasi
Figurasi adalah transformasi pikiran ke dalam gambar. Misalnya ketika di waktu sadar kita menginginkan suatu benda, gambaran benda itu akan muncul dalam mimpi.
Analogi figurasi dalam seni paling jelas tampak dalam seni lukis atau seni rupa yang lain. Tetapi dalam sastra pun banyak terkandung unsur figurasi.
Proses Kreatif Sastra
Psikoanalisis menyimpulkan proses kreatif (proses terciptanya) karya sastra ke dalam dua cara.
1. Sublimasi
Konsep sublimasi terkait dengan konsep ketidaksadaran. Sebagaimana telah diuraikan di atas, dalam lapisan taksadar manusia terdapat id yang selalu menginginkan pemuasan dan kesenangan. Seringkali keinginan id itu bertentangan dengan superego maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, dan karenanya keinginan itu tidak mungkin direalisasikan, kecuali orang tersebut mau dianggap tidak sopan, jahat, cabul, dsb.
Tetapi dorongan-dorongan tersebut tetap harus dipuaskan. Tetapi agar dapat diterima oleh norma masyarakat, dorongan-dorongan itu lalu dialihkan ke dalam bentuk lain yang berbeda sama sekali, misalnya dalam bentuk karya seni, ilmu, atau aktivitas olah raga. Proses pengalihan dorongan id ke dalam bentuk yang dapat diterima masyarakat itu disebut sublimasi.
Menurut Freud, sublimasi inilah yang menjadi akar dari kebudayaan manusia. Dalam sublimasi, terkandung kreativitas atau kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru. Puisi, novel, lukisan, teori keilmuan, aktivitas olah raga, pembuatan peralatan teknik, bahkan agama, sebenarnya merupakan bentuk lain dari dorongan-dorongan id yang telah dimodifikasi.
2. Asosiasi
Di samping tafsir mimpi, teknik terapi yang dikembangkan Freud dalam psikoanalisisnya adalah asosiasi bebas (free association). Asosiasi bebas adalah pengungkapan atau pelaporan mengenai hal apapun yang masuk dalam ingatan seseorang yang tengah dianalisis, tanpa menghiraukan betapa hal tersebut akan menyakitkan hati atau memalukan.[6] Dalam situasi terapi, biasanya pasien berada dalam posisi berbaring santai di atas ranjang, dan terapis duduk di sampingnya. Terapis memerintahkan pasien untuk mengucapkan hal apapun yang terlintas dalam pikirannya. Jika pasien agak sulit mengatakan sesuatu, terapis bisa membantu merangsang asosiasi pada pikiran pasien dengan mengucapkan kata-kata tertentu.
Asosiasi bebas, atau “asosiasi” saja, sebenarnya merupakan suatu teknik yang sudah lama dipraktikkan oleh para seniman dan pengarang untuk memeroleh ilham. Ketika proses penulisan dimulai, pengarang yang menggunakan teknik asosiasi akan menuliskan apa saja yang masuk ke dalam pikirannya. Setelah ilhamnya habis, barulah ia memeriksa tulisannya dan mengedit, menambah atau mengurangi, dan menentukan sentuhan akhir. Seringkali dalam melakukan asosiasi ini, pengarang mengingat-ingat segala kejadian yang pernah dialaminya, khususnya kejadian di masa anak-anak, atau memunculkan kembali pikiran-pikiran dan imajinasinya yang paling liar. Itulah dorongan id yang sedang dipanggil kembali.
Pada sebagian pengarang, asosiasi itu dibantu pemunculannya dengan melakukan “ritual” tertentu, atau memilih waktu-waktu dan tempat tertentu, yang khas bagi pengarang itu sehingga ide atau ilhamnya mudah mengalir. Wellek dan Warren memberikan contoh-contoh menarik dari kebiasaan aneh para pengarang. Schiller suka menaruh apel busuk di atas meja kerjanya. Balzac menulis sambil memakai baju biarawan. Marcel Proust dan Mark Twain menulis sambil berbaring di ranjang.[7] Sementara pengarang di negeri kita, misalnya Emha Ainun Najib suka menulis dengan menggunakan kertas warna-warni. Sewaktu di Bloomington, Budi Darma senang berjalan-jalan tak tentu arah dan tujuan, sekadar menikmati pemandangan yang ada di sekelilingnya. Ada pengarang yang lebih terinspirasi kalau menulis di malam hari, ada juga yang lebih suka menulis di pagi hari atau senja hari. Ada yang hanya bisa menulis di tempat sepi, ada juga yang menulis di tempat ramai seperti di kafe. Itu semua bergantung pada kebiasaan pengarang yang bersangkutan.
Itulah di antaranya konsep-konsep psikoanalisis yang dapat dihubungkan dengan seni sastra. Berdasarkan teori Freud, sedikit dapat disimpulkan bahwa sumber ide karya seni adalah id yang berada dalam ketidaksadaran kita, dan sebagian dari kesadaran. Sedangkan proses munculnya ide itu dalam pikiran adalah melalui sublimasi dan asosiasi. 

Pustaka:
Chaplin, J.P., Kamus Lengkap Psikologi (Penerjemah: Kartini Kartono), Jakarta: Rajawali Pers, 2004
Hall, Calvin S., dan Gaarder Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (Klinis) (Penerjemah: Yustinus), Yogyakarta: Kanisius, 2000
Milner, Max, Freud dan Interpretasi Sastra (Penerjemah: Apsanti Ds), Jakarta: Intermasa (Seri ILDEP), 1992
Wellek, Rene., dan Austin Warren, Teori Kesusastraan (Penerjemah: Melani Budianta), Jakarta: Gramedia, 1993

Pengertian Kreativitas 4P (Personal, Press, Proses, Product)

Pengertian Kreativitas
Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”
(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :

Pengertian NLP (Neuro Linguistik Program)

Awalnya karena saya suka berwisata intelektual melalui membaca buku-buku sosial budaya, politik, filsafat, manajemen kontemporer, buku-buku motivasi dan dunia pikiran. “Wisata intelektual” saya itu sempat singgah sejenak karena ada istilah NLP. Setelah saya dalami, saya nikmati, apa yang dibahas disana khususnya tentang motivasi dan pengembangan diri, saya merasa bahwa saya termasuk pelaku NLP alami. Sebagian sudah saya jalankan, meski pun waktu itu saya belum mengenal ilmu ini.
Saya merasa tertarik untuk mendalaminya. Saya coba browsing di internet. Ternyata ilmu ini sudah berkembang pesat di Amerika, Eropa, Australia dan Asia. Di Indonesia masih sangat terbatas. Belum banyak berkembang. Gayung bersambut, universitas tempat saya bekerja melalui program pengembangan SDM memberikan kesempatan saya untuk mengikuti pelatihan NLP di Sydney Australia (2005).
Apakah NLP itu? NLP berawal dari tesis seorang mahasiswa, Richard Bandler, dengan profesornya, John Grinder pada tahun tujuh puluhan. Bandler ingin menjawab sebuah pertanyaan mendasar: kenapa seseorang bisa sukses sementara orang lain tidak? Setelah melakukan penelitian secara intens-sistematis, mereka menemukan sebuah jawabannya. Ternyata, orang-orang sukses dalam meraih keberhasilannya memiliki perilaku yang nyaris sama dalam hal strategi-strateginya. Kesemua strategi itu akhirnya dapat dikodifikasikan dan dimodelkan yang pada gilirannya dapat ditiru (dimodel) oleh orang lain yang ingin sukses.
Ada tiga istilah yang harus saya jelaskan secara harfiah. Neuro, berarti sel syaraf otak. Dalam konteks ini, bagaimana sel-sel tersebut mencatat atau merekam informasi di sekitas kita setelah mendapatkan stimulus. Menurut para ahli neuro science, sel syaraf otak kita menerima 4 juta item informasi per detiknya. Informasi itu masuk ke dalam alam pikir kita melalui peran sel-sel syaraf atau akson.
Menurut Pasiak (2204) dalam otak manusia terdapat akson yang berfungsi sebagai pemberi pesan dalam tubuh kita. Akson setelah menerima stimulus dari luar dan diproses melalui dua cara:1) sinyal listrik dan 2) sinyal kimiawi (neurotransmitter). Dengan proses listrik dan biokimiawi inilah informasi yang jumlahnya jutaan itu dicatat dan direkam. Sangat kompleks yang kita rekam, dari apa yang kita lihat, dengar, dan raba/pegang hingga apa yang kita baui dan kita rasakan melalui panca indera. Dengan kata lain, neuro berarti bagaimana sel-sel syaraf otak menerima informasi.
Semua yang kita sensing melalui panca indera itu, pencatannya membutuhkan kebahasaan (linguistic) sebagai alat bantu. Inilah unsur kedua dari pengertian harfiah NLP, yakni linguistic. Tanpa bahasa otak kita tidak bisa mereprentasikan, tidak bisa menggambarkan apa kita alami. Contoh betapa bahasa akan memudahkan kita untuk merepresentasikan sesuatu peristiwa agar pikiran mudah mencatat/merekamnya. Katakanlah Anda mengalami sebuah peristiwa makan pagi misalnya. Tentunya Anda dapat melihat (potret makan pagi) dalam pikiran Anda. Anda juga dapat merasakannya: enak, menyenangkan, membauinya dan mendengarkan tegukan air minumnya.
Semuanya itu tercatat/terekam dengan baik. Gambaran mental, imej terhadap peristiwa makan pagi, masih tercatat dengan baik. Namun problem muncul kemudian ketika Anda ingin menceritakan peristiwa yang menyenangkan itu kepada orang lain. Anda tidak akan bisa menceritakan ulang tanpa bantuan bahasa. Bahasa dengan demikian, satu sisi mempermudah bagaimana pikiran merepresntasikan sebuah peristiwa (representasi internal); pada sisi lain mempermudah bagaimana menceritakan ulang peristiwa tersebut kepada orang lain.
Setelah manusia secara neurologis dapat mengambil informasi, dan melalui bahasa manusia dapat merepresentasikan/mengomukasikannya ke orang lain; manusia dengan akal sehatnya dapat membuat sebuah rencana atau program-program tertentu agar kualitas hidupnya meningkat (sukses). Inilah yang disebut programming dalam NLP. Program-program ini juga tidak lepas dari peran bahasa.
Programming berarti mengacu sebuah rencana tindakan, strategi atau pola perilaku (pattern). Hampir semua tindakan atau aktifitas dapat dipolakan atau diprogramkan. Makan pagi, belajar, bekerja rutin nyaris membutuhkan pola-pola tindakan yang menjadi kebiasaan. Perilaku merokok pun ada pola tindakannya dimulai dari: membeli rokok,membuka, menyulutnya, menghirup dan merasakan kepulan asapnya, buang abu ke asbak hingga membeli lagi bila sudah habis.
Semua pola tindakan yang sudah membiasa, hampir tidak pernah kita kritisi lagi. Apakah pola tindakannya itu, programming-nya itu, dapat mengantarkan pelakunya ke tingkat kehidupan yang lebih baik, atau justru menjerumuskannya. Kebiasaan merokok, programming pikiran yang disebut merokok, nyaris tidak dikritisi lagi apakah justru memberdayakan atau merugikan karena hanya menghasilkan banyak efek negatifnya dari pada efek positifnya.
Programming dapat juga berarti pola pikir yang diaktualisasikan. Bila Anda kebetulan memiliki pola pikir bahwa “bisnis adalah serangkaian tindakan yang penuh resiko”, maka nasib Anda dapat dipastikan tidak akan menjadi seorang pebisnis. Pola pikir, yang dalam NLP disebut programming akan menentukan nasib si pemilik program itu. Bila saya memiliki program bahwa “menulis adalah serangkaian tindakan yang mengasyikkan” maka nasib saya hari ini menjadi penulis.