Anak ADHD Bersekolah

Jumat, 26 Februari 2010

Bukan hanya teman-teman di kelasnya,

ibu-ibu yang sedang mengantar anaknya pun cenderung menghindar bila Andro berada di dekatnya.

Belum genap tiga bulan, Andro telah “ngetop” di lingkungan sekolahnya.

Tak bisa duduk manis di kelas, sulit diatur, tak mau menunggu giliran, mengganggu teman-temannya, lebih senang mengobrol dari pada mendengarkan pelajaran.

Yang bikin repot lagi, alat-alat sekolah miliknya tak pernah dipedulikan, berceceran di mana-mana.

SEKILAS, Andro bisa dikatakan sebagai anak hiperaktif atau mengalami attention deficit hyperactivity disorder, atau sering disebut sebagaI ADHD. Yaitu, ketidakmampuan memusatkan perhatian pada kejadian utama yang terjadi di lingkungannya. Anak-anak semacam Andro mudah sekali terganggu oleh rangsangan – bahkan yang sangat sederhana seperti pintu terbuka, kertas yang terjatuh dan lain sebagainya – yang ada di sekitarnya. Selain itu, sering melakukan gerakan yang berlebihan, tidak terarah sehingga sulit mengorganisasikan dirinya. Mereka cenderung impulsif, tidak pernah memikirkan akibat dari ulahnya. Mereka terlihat kurang matang dalam mengenali aturan-aturan sosial yang berlaku.



Apa pun kondisinya anak-anak semacam Andro harus memasuki gerbang sekolah untuk belajar. Sekali lagi harus belajar. Tak ada pilihan lain!

Belajar, merupakan suatu proses yang ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya adalah perhatian dan konsentrasi. Bagi anak semacam Andro (ADHD) belajar merupakan proses yang sulit karena mereka tidak memahami bagaimana cara belajar. Kurangnya kemampuan berkonsentrasi membuat segala instruksi dari guru di kelas yang sifatnya kompleks dan terdiri dari beberapa langkah merupakan kesulitan tersendiri untuk dilaksanakan. Barangkali, hal ini terjadi karena mereka hanya mampu menangkap sebagian instruksi tersebut (tidak lengkap).

Untuk membantu mereka, “ bagaimana cara belajar” menjadi hal yang sangat penting. Dari mana sebaiknya harus memulai untuk menyelesaikan tugas, bagaimana mengarahkan perhatiannnya agar tidak mudah terpecah dan bagaiamana bila keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Dalam membantu anak ADHD belajar, ada beberapa pendekatan yang bias dilakukan. Masing-masing dapat saling berkaitan untuk mendorong perilaku yang positif.

- Memberikan Struktur

Yaitu, memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan saat akan memulai berikut segala konsekuensinya.

- Analisis Tugas

Yaitu, memecah tugas besar menjadi komponen-komponen yang memisahkan langkah-langkah yang diperlukan. Misalnya, menyusun dari yang paling kompleks dalam urutan yang masuk akal (logis).

- Modifikasi Perilaku

Yaitu, membentuk perilaku yang diinginkan dengan memberikan reward maupun punishment.

Peran Orangtua

Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan di atas, peran orangtua di rumah sangatlah penting. Tak boleh dianggap remeh. Selain itu, harus ada kerjasama yang baik antara orangtua dan pihak sekolah di mana anaknya belajar.

- Sebaiknya ada kerjasama untuk bisa menentukan kesepakatan-kesepakatan mengenai hal-hal yang diharapkan dan harus dilakukan anak. Buatlaj jadual kegiatan sehari-hari. “Hari ini kita akan ke sekolah, pulang sekolah ke tempat terapi, setelah itu pulang ke rumah.” Biasakan anak untuk menempatkan barang-barang miliknya di suatu tempat yang telah ditentukan. Minimalisasikan pilihan; “Kamu mau belajar matematika atau bahasa Indonesia?” dari pada “Kamu belajar apa?”

- Mengarahkan anak dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Misalnya, untuk mengajari menulis, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah cara memegang pensil dengan benar. Bila tangannya belum kuat, sebaiknya dilakukan latihan penguatan otot tangan (misalnya dengan play doh busa sabun dan lain-lain).

- Pada modifikasi perilaku, orangtua harus menentukan prioritas perilaku spesifik yang akan diubah. Misalnya, membereskan buku setelah belajar. Kemudian buatlah kesepakatan bila anak telah melaksanakan (membereskan buku-bukunya) dengan baik, akan memperoleh reward. Bila sebaliknya juga harus menerima punishment. Agar berhasil, sebaiknya orangtua membantu mengarahkan anak secara terstruktur tentang bagaimana mencapai perilaku yang diharapkan. Misalnya, dalam membereskan buku sebaiknya satu persatu, baru kemudian dimasukkan ke dalam tas dan lain sebagainya.

Peran Guru

Guru dapat melakukan cara yang sama seperti halnya yang dilakukan orangtua di rumah. Namun, sebaiknya disesuaikan dengan konteks bersekolah. Berikut beberapa hal yang bias dan sebaiknya dilakukan guru dalam penerapan pendekatan yang telah disebut di atas.

- Membuat perencanaan belajar. Misalnya menuliskan jadual kegiatan harian di papan tulis secara tersusun dari atas ke bawah. “Hari ini kita akan belajar perkalian, mengamati tumbuh-tumbuhan, mencatat PR dan istirahat!” Berikan peringatan atau pemberitahuan bila akan terjadi perubahan jadual. Mendudukkan siswa dekat dengan guru dapat dilakukan untuk meminimalisasi gangguan dari siswa lain dan guru pun akan mudah mengontrol. Bila diperlukan, terutama pada saat kondisi kelas benar-benar terganggu, siswa dapat dievakuasi ke tempat khusus (ke perpustakaan misalnya).

- Menjaga perhatian anak, yaitu dengan memberikan tanda-tanda yang dapat mengingatkan siswa dan mengarahkannya kembali pada tugasnya. Hal tersebut bias dilakukan dengan menyentuh punda, mengetuk pensil ke meja (saat anak mulai melamun atau terganggu perhatiannya). Berikan instruksi yang singkat dan usahakan ada kontak mata saat instruksi diberikan. Modifikasikan tugas atau instruksi. Misalnya, dengan memberi warna atau garis bawah pada instruksi yang penting adan utama.

- Berikan kesempatan pada anak untuk beristirahat setelah menyelesaikan tugasnya. Misalnya dengan memberikan tugas mengambil buku di kantor, membagikan buku ke teman-temannya atau menyampaikan pesan ke guru lain.

- Bantu anak untuk mendengarkan. Yaitu, dengan cara; Usahakan agar instruksi atau penjelasan diberikan dengan suara yang jelas, keras dan tidak tergesa-gesa. Gunakanlah alat Bantu atau alat peraga seperti gambar saat menjelaskan sehingga anak akan tertarik. Saat menjelaskan sesekali berikan pertanyaan dan libatkan anak dalam diskusi.

- Terapkan displin dengan membuat “kontrak” perilaku berikut konsekuensinya.

Beberapa hal dapat dilakukan oleh orangtua maupun duru dalam mempersiapkan

anak ADHD untuk memasuki gerbang sekolah. Belajar memang tidak mudah, namun bila diterapkan dengan kesabaran, sikap positif dan ikhlas hasilnya Insya Allah akan tidak mengecewakan. Anak akan merasa nyaman dan berkembang dengan konsep diri yang positif. Reward terhadap setiap keberhasilan akan membuat anak menjadi termotivasi, anak akan berusaha lebih keras untuk mengarahkan dirinya kea rah yang lebih baik lagi.

Yang tidak kalah pentingnya dari semua itu adalah kerjasama dan komunikasi yang baik antara orangtua dan guru dengan satu tujuan demi kebaikan perkembangan anak. Masing-masing memerlukan keterbukaan yang positif dan kesabaran.

Perlu difahami pula bahwa anak ADHD adalah individu yang unik, karena itu ada beberapa di antara mereka memang harus bersekolah di sekolah khusus.

Melalui pendidikan di sekolah khusus (biasanya guru-gurunya lebih memahami kondisinya), kesulitan belajarnya bias diminimalisasi dengan mengarahkan pada strategi belajar yang sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya. (arf)

Sumber : Anak Spesial

0 komentar: