Rancangan Pembelajaran Bagi Anak Berbakat (Gifted Child) Dalam Setting Iinklusif

Senin, 17 Mei 2010

inklusif
Oleh: IIM IMANDALA *
A. Pendahuluan
Di dalam kelas yang beragam tentunya kita akan menemukan pula keberagaman kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa. Kita akan menjumpai siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dalam beberapa mata pelajaran dibanding teman-temannya, ada pula yang prestasi belajarnya rendah, bahkan mungkin kita akan menjumpai siswa yang memiliki minat hanya pada satu pelajaran saja serta ia sangat berprestasi dalam pelajaran itu.
Keberagaman itu sering luput dari perhatian guru. Guru lebih memilih melakukan pembelajaran dengan cara atau metode yang sama untuk semua anak. Padahal satu cara itu tidak mungkin memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar siswa dalam satu kelas yang begitu beragam.
Tidak terpenuhinya kebutuhan dan kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa akan menimbulkan berbagai dampak, diantaranya potensi belajar tidak berkembang secara optimal, menimbulkan perilaku yang mengganggu suasana kelas, rendah motivasi, dan lain-lain. Munculnya dampak tersebut sering ditanggapi oleh guru sebagai hal yang negatif sehingga upaya yang dilakukan untuk mengatasinya tidak menyentuh pada “akar” permasalahan. Upaya yang tidak tepat dapat merugikan semua siswa. Misalnya, siswa yang sesungguhnya memiliki potensi belajar yang sangat baik akan tidak berkembang potensinya itu jika upaya yang dilakukan tidak tepat. Prestasi belajarnya akan berada jauh di bawah potensi yang dimiliki.
Sebagaimana yang sering terjadi pada kasus-kasus anak berbakat. Mereka sering dituduh sebagai anak nakal, pemalas, suka mengganggu, atau bahkan disebut anak bodoh. Sesungguhnya perilaku negative yang muncul dari anak berbakat itu lebih disebabkan oleh factor pembelajaran yang tidak mampu mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Tentunya itu sangat merugikan.
Sangat disayangkan bila kondisi ini terus terjadi. Jika terus terjadi makan kita akan banyak kehilangan generasi unggul. Kerugian besar bagi kita jika anak-anak berbakat ini tidak dapat mengaktualisasikan potensinya. Sebaliknya, apabila mereka mampu mengaktualisasikan potensinya maka bangsa ini akan memperoleh manfaat yang besar dari hasil-hasil karya mereka.
Oleh karena itu perlu dipikirkan suatu pembelajaran yang dapat mengakomodir kemampuan dan kebutuhan belajar anak-anak berbakat ini. Pembelajaran yang dilakukan tentunya harus tetap memperhaikan keberagaman kemampuan belajar. Maksudnya adalah pembelajaran bagi anak berbakat tetap dilakukan di sekolah-sekolah regular dalam setting inklusif.
Mengapa demikian? Karena semua anak, diantaranya anak berbakat, tetap harus belajar menghadapi keberagaman, nantinya pun ketika mereka selesai mengikuti pendidikan akan kembali kemasyarakat. Apabila mereka telah belajar tentang keberagaman maka ketika mereka kembali kemasyarakat diharapkan mampu menyikapi keberagaman yang ada di masyarakat dengan sikap-sikap yang baik sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
B. Rancangan Pembelajaran Bagi Anak Berbakat (Gifted Child) Dalam Setting Inklusif
Rancangan pembelajaran ini didasari oleh konsep keberbakatan yang diungkapkan oleh Joseph S. Renzulli (1998), bahwa keberbakatan itu harus memenuhi tiga area, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan keterikatan terhadap tugas/motivasi. Dari konsep keberbakatan tersebut, maka pendidikan yang efektif bagi anak-anak berbakat harus memperhatikan, sekurang-kurangnya meliputi pemilihan konten materi, pendekatan pembelajaran, memberikan peluang pembelajaran yang mengacu pada kebutuhan belajar anak berbakat.
Untuk mewujudkan itu maka diperlukan langkah-langkah yang meliputi; identifikasi, asesmen, diferensiasi kurikulum (konten, proses, produk), dan strategi (materi, metode, penataan lingkungan, evaluasi).

1. Identifikasi
Guru melakukan observasi untuk menemukan siswa atau anak yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Hasil observasi dapat didukung oleh data nilai hasil ulangan/ujian, wawancara, dll.
Contoh indicator identifikasi dalam pelajaran matematika dan pelajaran sains:
Indicators of Mathematical Giftedness
_ Unusual curiosity about numbers and mathematical information
_ Ability to understand and apply ideas quickly
_ High ability to see patterns and think abstractly
_ Use of flexible and creative strategies and solutions
_ Ability to transfer a mathematical concept to an unfamiliar situation
_ Use of analytical, deductive, and inductive reasoning
_ Persistence in solving difficult and complex problems
(Holton & Gaffney, 1994; Miller, 1990)
Indicators of Scientific Giftedness
_ Strong curiosity about objects and environments
_ High interest in investigating scientific phenomena
_ Tendency to make observations and ask questions
_ Ability to make connections between scientific concepts and observed phenomena
_ Unusual ability to generate creative and valid explanations
_ Interest in collecting, sorting, and classifying objects
(Yager, 1989)
2. Asesmen
Asesmen dilakukan untuk mengetahui secara khusus materi pelajaran mana saja yang sudah dikuasai atau belum dikuasai.
3. Diferensiasi kurikulum
Diferensiasi kurikulum dapat meliputi isi/konten, proses, dan produk. Semua standar kompetensi dan kompetesni dasar dalam kurikulum yang berlaku saat ini dapat dianalisis melalui tiga area tersebut.
a. Konten
1)    Modifikasi
Mengorganisasikan/menata kompetensi dasar yang dapat diberikan pengayaan. Contoh, kompetensi dasar Biologi kelas VIII: Dapat menjelaskan proses pernapasan pada manusia. Boleh diberikan pengayaan dengan materi reaksi biokimia yang terjadi pada saat pernapasan itu berlangsung.
2)    Meringkas
Agar dapat meringkas kurikulum, langkah pertama dilakukan pretes untuk mengetahui materi/standar kompetensi-kompetensi dasar mana saja yang sudah dikuasai. Kedua, menghilangkan standar kompetensi-kompetensi dasar yang sudah dikuasai, dan ketiga mengganti standar kompetensi-komptensi dasar yang sudah dikuasai dengan standar kompetensi-kompetensi dasar yang belum dikuasai
b. Proses
1)    Self-Directed Learning
Kurikulum memberikan peluang pada proses belajar mandiri. Oleh karena itu kurikulum disusun berdasarkan kesiapan belajar anak. Melalui proses ini diharapkan anak mampu belajar mandiri, diantaranya mampu memilih keputusan, membuat perencanaan, menyusun tujuan, menentukan sumber belajar, dan mengevaluasi sendiri.
2)    Learning Centers
Kurikulum menjadi pusat proses belajar sehingga anak mampu memperoleh pengayaan dan penambahan berbagai hal ketika anak telah mampu menguasai standar kurikulum yang telah ditetapkan.
3)    Problem-Based Learning
Kurilum harus menciptakan pembelajaran yang berbasis masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak-anak berbakat diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan itu. Melalui pembelajaran seperti demikian maka akan mendorong anak-anak berbakat untuk memunculkan ide-ide yang original.
c. Produk
Hasi dari pencapai tujuan kurikulum dapat berupa produk pemikiran atau berwujud barang/benda kongkrit. Contoh di setiap akhir semester siswa memilih tugas projek untuk menghasilkan sesuatu. Tugas projek sesuai dengan minat masing-masing. Tugas projek ini ada yang tugas individu ada pula tugas kelompok.
4. Strategi
a. Materi
Pengembangan materi dapat mengikuti tahapan taksonomi Blooms (1956), yaitu mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tiga tahapan terakhir merupakan tahapan yang paling diharapkan lebih banyak muncul bagi anak berbakat (Smutny & Blocksom, 1990). Analisis di dalamnya terdapat kemampuan klasifikasi, komparasi, menjelaskan, investigasi, membuat kesimpulan. Sitesis akan mendorong anak untuk menggunakan ide dan pengetahuannya dalam menghasilkan kerja yang original, dan merancang atau merencanakan sesuatu. Kemampuan evaluasi dibutuhkan agar anak mampu melakukan interpretasi, verifikasi, kritis, menghubungkan, serta judgment ide dan inforasi.
b. Metode
Menentukan metode-metode pembelajaran yang menantang diantaranya discoveri, inquiry, dll
c.  Penataan lingkungan
Lingkungan ditata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan
d. Evaluasi
Memberikan berbagai evaluasi yang adil/objektif sehingga dapat mengungkap kemampuan dan keberhasilan pembelajaran serta dapat menentukan tindak lanjut yang dibutuhkan.

C. Kesimpulan
Pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi anak berbakat dalam setting kelas inklusif meliputi: identifikasi, asesmen, diferensiasi kurikulum (konten, proses, produk), dan strategi (materi, metode, penataan lingkungan, evaluasi).
Sumber bacaan:
Jennifer Stepanek. (199). The Inclusive Classroom Meeting the Needs of Gifted Students: Differentiating Mathematics and Science Instruction. USA: Northwest Regional Educational Laboratory

Sumber : http://pendidikankhusus.wordpress.com/2010/02/18/pembelajaran-abk-setting-inklusi/

0 komentar: