SLOW LEARNER

Senin, 17 Mei 2010

Oleh Iim Imandala, S.Pd.
Siapakan slow learner itu?
Slow learner atau anak lambat belajar adalah mereka yang memiliki prestai belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya.
Bagaimanakan kemampuan mereka?
Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki rentang perhatian yang pendek.

Anak dengan SL memiliki cirri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.

Apa yang dapat kita lakukan?
  1. Isi materi diulang-ulang lebih banyak dibandingkan dengan teman sebayanya.
  2. Sediakan waktu khusus untuk membimbingnya secara individual.
  3. Waktu materi pelajaran jangan terlalu panjang dan tugas-tugas atau pekerjaan rumah lebih sedikit dibandingkan dengan teman-temannya.
  4. Lebih baik menanamkan pemahaman suatu konsep daripada harus mengingat suatu konsep.
  5. Gunakan peragaan dan petunjuk visual.
  6. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian disajikan secara sederhana.
  7. Jangan mndorong mereka untuk berkompetisi dengan anak-anak yang memiliki kemampuan yag lebih tinggi.
  8. Pemberian tugas-tugas harus terstruktur dan kongkrit.
  9. Gunakan berbagai pendekatan dan motivasi belajar.
  10. Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan praktek langsung tentang berbagai konsep dengan menggunakan bahan-bahan kongkrit atau dalam situasi simulasi.
  11. Untuk mengantarkan pengajaran materi baru maka kaitkan materi tersebut dengan materi yang telah dipahaminya.
  12. Instruksi yang sederhana memudahkan anak untuk memahami dan mengikuti instruksi tersebut. Pada saat memberikan arahan harus berhadapan.
  13. Berikan dorongan kepada orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anaknya di sekolah. Membimbing mengerjakan PR, menghadiri pertemuan-pertemuan di sekolah, berkomunkasi dengan guru, dll.

0 komentar: