Treatment Anak Berkebutuhan Khusus

Senin, 17 Mei 2010

Berdasarkan pengalaman yang kudapatkan selama beberapa ratus hari bekerja di Jogja ini dia! sekedar sharing pada para ot-ers. Gimana pengalaman panjenengan-panjenengan selama menjajaki dunia kerja? bagi-bagi ilmu dunk! Sebelumnya perlu ditanamkan dalam otak para pembaca budiman bahwa apa yang akan saya tulis ini adalah kumpulan statement2 yang berhasil kusimpulkan selama ini, jadi tidak ada larangan untuk berkomentar atau menyanggah statement yang ada. Ok?!
Baiklah! (he he… pak Bambang poenya…) Yang pertama kali musti dilakukan adalah assessment. Baik secara objektif maupun subyektif. Assessment objektif biasanya yang paling banyak membantu. Kalau subjektif dilakukan untuk menambah input informasi, atau hanya biar suasana tidak kaku dan bahan komunikasi terapis dengan orang tua. Itu yang selama ini kurasakan lho… (mungkin karena kurang penegtahuan kaleee). Ehm! Baiklah… Cek dulu motorik kasar atau halusnya, tentunya disesuaikan dengan taraf perkembangan anak normal. Jika sekiranya ada yang tidak beres atau jika belum bisa dicekkan karena mengalami gangguan atensi-konsentrasi, maka sudah bisa dipastikan ia mengalami gangguan modulasi sensori.
Jika anak mengalami gangguan modulasi sensori maka terapi yang efektif dengan menerapkan metode sensori integrasi yang berkolaborasi dengan behavior therapy.. Masalah fine motor ataupun gross motor seiring sejalan dengan proses berlangsungnya terapi insya Allah akan membaik.
Jika menerapkan metode sensori integrasi yang terdiri dari beberapa komponen pokok, seperti system taktil, vestibular, visual, auditori, dsb. bisa melihat problem anak dengan metode masing-masing untuk mengecek dari masing-masing komponen.
Selama menjalankan proses terapi yang menerapkan metode SI butuh waktu lama, hingga terkadang terapis lupa akan tujuan jangka panjangnya, (he he he…berbilang bulan bahkan tahun je!) nggak apa-apa yang penting continue dalam proses treatment. Nanti di ingat-ingat lagi dan dikembalikan ke awal. Maklum namanya manusia, memang temat salah dan lupa…
Jika menggunakan metode behavior therapy harus diperlihatkan unsur ketegasan dari sang terapis. Dan ini cucok diterapkan pada anak usia dibawah lima tahun, karena masih mudah diatur, dan masih mau dipaksa. Hmmm… memang disini terdapat unsur pemaksaan guna membiasakan perilaku yang baik, tapi jangan dibayangkan seperti kerja rodi lho… Hingga detail. Semakin senja usia anak dalam mengikuti terapi maka semakin kecil perubahan yang ditunjukkan, terutama pada anak2, MR (mental retardation). Istilahnya kebiasaan buruk yang biasa dilakukan sudah mengakar kuat sehingga sulit untuk mencabutnya dan merubah mindset (mengkonsep dari awal).
Alat-alat SI perlu diusahakan, tidak bisa bekerja sendiri dalam sebuah system. Diantaranya matras, bola bobath, ayunan, T-Swing, bolster, tangga plus prosotan, bola, sikat terapi dan sebagainya.
Dengan masih minimnya pengetahuan saya, maka terpaksa saya mengharuskan bagi terapis yang sudah berpengalaman memberi masukan atau menularkan sedikir saja syukur2 banyak juga lebih bagus ilmu yang telah didapat pada kami. Nuwun.

Sumber : http://okupasiterapijogja.wordpress.com/2008/05/28/treatment-anak-berkebutuhan-khusus/

0 komentar: