Kadar Merkuri Anak Autisme Tak Berlebihan

Jumat, 02 April 2010

KOMPAS.com - Polemik mengenai penyebab terjadinya autisme pada anak tampaknya masih akan terus berlanjut. Hipotesis tentang merkuri sebagai penyebab autis yang selama ini dipercaya banyak orang dilawan dengan studi terkini yang dimuat dalam jurnal Environmental Health Perspective. Disebutkan bahwa kadar merkuri pada anak autis tidak berbeda dengan anak normal.

Meski sebelumnya beberapa penelitian telah menunjukkan kadar merkuri yang tinggi pada anak autis, namun studi-studi selanjutnya yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Kontroversi besar dalam misteri autis adalah klaim yang menyebutkan vaksin yang mengandung timerosal, zat pengawet vaksin yang mengandung merkuri, menyebabkan autis.

Namun, timerosal sudah sejak lama tak dipakai sebagai bahan vaksin. Awal tahun ini para ahli di Amerika Serikat juga menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan antara vaksin MMR dengan kejadian autisme pada anak.

Penelitian terkini yang dilakukan para ahli terhadap 452 anak berusia 2-5 tahun yang memiliki spektrum gangguan autisme dan keterbelakangan perkembangan seperti down syndrome serta anak dengan perkembangan normal sebagai pembanding, tidak menunjukkan adanya perbedaan kadar merkuri.


Metode penelitian dilakukan dengan mengambil contoh darah dari anak-anak dan para ibu mereka diwawancarai mengenai kemungkinan paparan merkuri pada anak, misalnya lewat makanan, amalgam penambal gigi, vaksin yang mengandung timerosal, bahkan juga kemungkinan memakai produk kebersihan yang mengandung merkuri.

Pada pengujian pertama menunjukkan anak-anak autis justru memiliki kadar merkuri yang rendah dalam darahnya. Namun hal ini bisa dijelaskan, yakni karena anak-anak tersebut jarang mengonsumsi ikan. Saat hasil penelitian dibandingkan dengan variabel lain, ternyata tak ada perbedaan kadar merkuri antara antara anak autis dengan yang bukan.

"Hubungan antara kadar merkuri dalam darah dan paparannya sesuai dengan perkiraan kami. Paling banyak berasal dari konsumsi ikan. Hanya sedikit anak yang mendapatkannya dari vaksin yang mungkin mengandung thimerosal," kata Hertz-Picciotto, ketua departemen bahaya lingkungan dan kesehatan dari University of California.

Menanggapi hasil penelitian tersebut, Sallie Bernard, direktur eksekutif SafeMinds (Sensible Action for Ending Mercury-Induced Neurological Disorders), mengatakan bahwa orang bisa salah menyimpulkan penelitian itu.

"Yang benar adalah para peneliti itu ingin melihat apakah terdapat paparan merkuri yang tinggi pada anak autis setelah mereka didiagnosis. Berarti ini adalah paparan yang baru dialami anak, bukan apa yang mungkin terjadi pada masa kehamilan dan satu tahun pertama usia bayi," katanya.

Merkuri pada awalnya dipakai sebagai bahan pemisah emas dari batuan tambang. Pada zaman modern, air raksa ini masuk ke dalam produk-produk yang digunakan dalam rumah tangga, seperti batu bateri, termometer, dan kosmetik. Berbagai penelitian di antaranya dilakukan oleh Barry Halliwell menunjukkan ada sekitar 30 macam penyakit yang disebabkan oleh merkuri.

Sumber : Kompas

0 komentar: