Saling Berbagi dengan Anak Autis

Jumat, 02 April 2010

Tepatnya 15 tahun lalu, Any Sonata Bagwanto (41) melahirkan anak pertamanya, Eldwin Raditya Antony atau Adi, yang didiagnosa menderita Autis Spectrum Disorder dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Penyakit ini merupakan gangguan perkembangan yang kompleks pada anak yang membuat Adi menjadi luar biasa hiperaktif.
Berangkat dari pengalamannya yang tidak memiliki tempat untuk berbagi masalah dan kurangnya pengetahuan mengenai autis, beberapa tahun kemudian ia mendirikan Parent Support Group (PSG). "Tingkat stres yang dihadapi ibu-ibu yang anaknya menderita autis sangat tinggi, lho. Bahkan banyak dari mereka yang kepikiran untuk bunuh diri. Saya saja pernah memikirkan itu," ucap Any jujur. Kegiatan PSG diyakini Any mampu menjadikan para orang tua lebih siap secara rohani, jasmani, juga mental dalam mengurus dan mendidik anak mereka yang menderita autis.
"Program PSG tidak sekadar ngumpul dan curhat saja, tapi juga ada diskusi bedah buku, film, atau satu kasus mengenai masalah autis. Kadang saya juga memanggil guru, terapis, atau dokter yang biasa menangani anak autis untuk ngobrol langsung dengan para orang tua."
Biasanya pertemuan diadakan di rumah Any yang berada di daerah Bintaro. Dan jika waktunya memungkinkan, diskusi bisa juga dilakukan di sebuah kafe atau tempat lainnya. Hingga saat ini, tidak begitu banyak orang yang tergabung dalam PSG karena ternyata tidak banyak orang tua yang siap membagikan masalah mereka pada orang lain. Sebagian beranggapan, memiliki anak autis adalah sebuah aib. Sejak berdiri tahun 2001, peserta yang pernah terlibat dalam PSG baru sekitar 50 orang.
"Biasanya, mereka yang tidak siap datang, memilih curhat tertutup melalui telepon. Paling tidak, kami masih bisa saling menguatkan dan informasi seputar autis bisa tersampaikan dengan baik padanya. Atau mereka bisa mendapatkan informasi melalui buletin dwibulanan yang saya kirimkan ke mereka."
Dalam setiap pertemuan, paling tidak ada 10 anggota yang datang. Proses sharing biasanya dibuat bergiliran. Masalah yang dikemukakan masing-masing orang tua tentu saja tidak terlepas dari problem autis yang dialami anak mereka. Seperti masalah pertumbuhan, makanan, mengarahkan minat anak, problem remaja anak autis, dan masih banyak lagi.
Any memang sudah berkomitmen untuk memberikan pengalaman dan pendidikan seputar anak autis pada para orang tua yang senasib dengannya. Ini terlihat dari waktu penuh yang diberikannya pada para orang tua yang ingin sharing dengannya. Entah itu siang atau malam. Bahkan, ia pun rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit, agar program PSG dapat berjalan sesuai dengan visi dan misinya.
"Saya siap membantu dan mendengar setiap keluh kesah mereka. Saya sudah jadikan ini bagian dari hidup. Saya beruntung diberi kelebihan materi oleh Tuhan. Belum lagi perkembangan Adi yang semakin baik dan suami yang selalu mendukung. Padahal, di luar sana banyak ibu yang anaknya autis tapi hidupnya serba kekurangan, karena suaminya yang meninggalkan mereka. Saya sangat beruntung," ungkapnya.

Sumber : Kompas

0 komentar: